Santri Juga Manusia
Judul
: Hitam & Putih Cerita Dua Sisi Hati Kita
Penulis : Mushthofa
Achmad
Penerbit : Diva
Press, Yogyakarta, Februari 2012
Tebal : 378
halaman
Harga : Rp.
44.000
Mushthofa Achmad adalah
anak bungsu dari pasangan (alm.) Achmad Bachri dan (almh.) Siti Utami Sahal.
Mushthofa Achmad yang lahir tanggal 14 desember 1987 di Surabaya, melanjutkan
studinya di jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Ia
memiliki kegemaran, mulai dari musik, sastra, bela diri, berorganisasi,
berdiskusi, hingga berdebat.
Novel karya Musthofa ini
memang mengangkat tema cinta. Bisa dikatakan bahwa novel ini secara gaya
penyajian dan alur mirip dengan chicklit atau teenlit. Beda dengan novel yang
akan terbit nantinya yang berjudul “Cara Berpikir Seniman” yang cendrung “serius”.
Novel ini dengan sangat memikat mengisahkan tentang
warna-warni kehidupan kaum santri di masa kini. Kesuksesan seseorang tidak
akan bertahan, jika tidak diimbangi dengan iman dan keyakinan yang kuat. Ditambah
lagi dengan zaman saat ini yang semakin keras. Gegar budaya menjadi menu
sehari-hari. Inilah plot yang dipilih Mushthofa Achmad untuk novelnya yang
berjudul Hitam & Putih cerita dua sisi hati kita.
Kisah diawali dari Pesantren
Darul Fikri, itulah tempat nyantri salah seorang santri bernama Hanif dan ke
empat sahabatnya, Rudi, Ali, Raziq, Syarif. Kisah ini diawali ketika datangnya
seorang siswi yang wajahnya begitu cantik, Sinta Scott Brandley blasteran
Amerika-Cianjur yang mirip dengan pemeran Elizabeth Swann dalam film ”Pirates
Of Caribbean” Keira Knightly. Ketertarikan Hanif kepada gadis itu pun muncul,
Hanif terpesona dengan kecantikannya Sinta. . Teman-temanyapun ingin menjodohkan Hanif dengan Sinta,
karena mereka cocok dan berasal dari kota yang sama, tetapi usaha teman-teman
Hanif nihil, karena Hanif sudah tak ingin lagi membahas cewe apalagi pacaran. Ditambah lagi dengan tekad yang telah
diikrarkan pada awal tahun keduanya di Madrasah membuat Hanif mengurungkan
niatnya itu. Apalagi setelah teringat tentang pujaan hatinya, Winda ketika
masih berstatus murid baru. Sayangnya kisah cinta mereka kandas ditengah jalan.
Teman – teman Hanif tetap berusaha agar Sinta tidak dengan
orang lain. Dan akhirnya Hanif pun mau mendekati Sinta karena Hanif tidak ingin
Sinta dekat dengan Gilang, kakak kelas yang sekaligus pelatih silat yang pernah
mencederai kaki Hanif hingga patah.
Tak begitu lama kedekatan
mereka, Hanif menyatakan cintanya kepada Sinta, Sinta lalu menerima cinta Hanif.
Tak berjalan lama kisah cinta manis mereka, ada saja cobaan yang menghadapi
kisah cinta dua sijoli itu.
Hanif berbohong kepada Sinta,
untuk membantu temannya, Mirza. Perkelahian Hanif, Mirza dan seorang lelaki
yang ternyata adalah pacar dari pacar Mirza (Lastri), yang berujung dengan
pemanggilan mereka berdua ke hadapan Kiai Ali. Tak di sengaja Kiai tahu bahwa
Hanif sudah menpunyai seorang pacar dan ia meminta Hanif untuk memutuskannya,
agar ia tak bernasip sama dengan temannya itu. Akhirnya Hanif memutuskan Sinta
dengan berbohong bahwa dirinya memilki kekasih lain.
Hari-hari Hanif pun semakin
sedih, ketika mendapat kabar bahwa ibunya sudah meninggal. Ayahnya yang sudah
meninggal juga, yang akhirnya membuat ia terpaksa harus berhenti sekolah untuk
membiayai kehidupan ia dan adiknya (Thohir). Hanif memutuskan untuk mencari
kerja di ibu kota, dan ia pun lolos casting sebagai pemeran utama film terbaru
Edi Siswanto.
Ditengah kepopulerannya
sebagai pemeran film, Hanif bertemu kembali dengan Wanda, gadis yang pernah ia
temui di bus ketika pulang kampung waktu sang ibu meninggal. Wanda semakin
menyukai Hanif. Tapi sayangnya, kepopuleran dan kehadiran Wanda di kehidupan
Hanif membawa pengaruh buruk pada diri Hanif. Hanif berubah menjadi orang yang
jauh dari agama. Ia suka mabuk, pribadi egois, dan tak bias mengendalikan
emosi.
Waktu pun kembali
mempertemukannya dengan Sinta, yang sudah menjadi seorang ustadzah. Perasaan
yang dulu pernah ada di antara keduanya kembali bersemi. Mereka sepakat
berkunjung ke pesantren tempat mereka menimba ilmu. Tapi suasana pesantren saat
itu sedang berduka karena Kiai Ali meninggal. Hanif menerima surat yang dititip
dari Kiai Ali sebelum ia meninggal. (hlm.344)
Hanif pun kembali ke
kehidupannya yang dulu pernah ia jalani, kembali ke jalan yang lurus dengan
meninggalkan semua kesenangan ketika ia populer di dunia hiburan. Ia menikahi Sinta
dan menjadi seorang penulis buku dan novel
Di tengah melimpahnya genre
novel-novel populer remaja bertema cinta di pasar perbukuan, novel ini dapat
dikatakan sebagai sebuah terobosan baru untuk berbagi kisah yang memikat dan
inspiratif yang sarat nilai-nilai renungan mendalam, jauh dari dangkal. Tak
hanya soal cinta, tapi juga renungan soal relasi etis antarmanusia, serta
Bahasa yang digunakan komunikatif dan tidak terdapat istilah-istilah yang
membingungkan pembaca, dan ditambah lagi dengan adanya catatan kaki, yang mudahkan
pembaca memahami runtutan peristiwa yang dimuat dalam novel ini.
Kendati begitu novel ini
banyak membuat pembacanya berimajinasi tentang dunia seks, serta terdapat kosakata
yang salah dalam pengetikan novel ini.
Terlepas dari retakan tersebut, Membaca novel ini memberikan kita arti dari “Santri juga manusia” yakni seorang santri pun tak luput dari kesalahan dan kehilafan. “Nggak juga. Santri kan tidak hanya menjadi ustadz atau guru mengaji saja. Dia bisa saja menjadi politis, pengusaha, selebriti. Bahkan ada juga yang menjadi perampok atau muncikari. Itu sumua tergantung pada dirinya, idealismenya, dan kualitas imannya. Santri juga manusia, kan ? (hlm.221)
Dari cerita novel diatas dapat disimpulkan apabila terkadang
kita lupa diri akan kehidupan duniawi, akan tetapi kita juga bersikap baik
kepada semua orang, taat beribadah dan selalu bersabar ketika musibah datang
melanda, insya allah hasilnya pun akan lebih baik lagi, bila semua dijalani
dengan ikhlas dan lapang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar