Rabu, 28 November 2012

Resensi Novel Hitam & putih cerita dua sisi hati kita


Santri Juga Manusia
Judul               :   Hitam & Putih Cerita Dua Sisi Hati Kita
Penulis             :   Mushthofa Achmad
Penerbit           :   Diva Press, Yogyakarta, Februari 2012
Tebal               :   378 halaman
Harga              :   Rp. 44.000



Mushthofa Achmad adalah anak bungsu dari pasangan (alm.) Achmad Bachri dan (almh.) Siti Utami Sahal. Mushthofa Achmad yang lahir tanggal 14 desember 1987 di Surabaya, melanjutkan studinya di jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Ia memiliki kegemaran, mulai dari musik, sastra, bela diri, berorganisasi, berdiskusi, hingga berdebat.
Novel karya Musthofa ini memang mengangkat tema cinta. Bisa dikatakan bahwa novel ini secara gaya penyajian dan alur mirip dengan chicklit atau teenlit. Beda dengan novel yang akan terbit nantinya yang berjudul “Cara Berpikir Seniman” yang  cendrung “serius”.
Novel ini dengan sangat memikat mengisahkan tentang warna-warni kehidupan kaum santri di masa kini. Kesuksesan seseorang tidak akan bertahan, jika tidak diimbangi dengan iman dan keyakinan yang kuat. Ditambah lagi dengan zaman saat ini yang semakin keras. Gegar budaya menjadi menu sehari-hari. Inilah plot yang dipilih Mushthofa Achmad untuk novelnya yang berjudul Hitam & Putih cerita dua sisi hati kita.
Kisah diawali dari Pesantren Darul Fikri, itulah tempat nyantri salah seorang santri bernama Hanif dan ke empat sahabatnya, Rudi, Ali, Raziq, Syarif. Kisah ini diawali ketika datangnya seorang siswi yang wajahnya begitu cantik, Sinta Scott Brandley blasteran Amerika-Cianjur yang mirip dengan pemeran Elizabeth Swann dalam film ”Pirates Of Caribbean” Keira Knightly. Ketertarikan Hanif kepada gadis itu pun muncul, Hanif terpesona dengan kecantikannya Sinta. . Teman-temanyapun ingin menjodohkan Hanif dengan Sinta, karena mereka cocok dan berasal dari kota yang sama, tetapi usaha teman-teman Hanif nihil, karena Hanif sudah tak ingin lagi membahas cewe apalagi pacaran.  Ditambah lagi dengan tekad yang telah diikrarkan pada awal tahun keduanya di Madrasah membuat Hanif mengurungkan niatnya itu. Apalagi setelah teringat tentang pujaan hatinya, Winda ketika masih berstatus murid baru. Sayangnya kisah cinta mereka kandas ditengah jalan.
Teman – teman Hanif tetap berusaha agar Sinta tidak dengan orang lain. Dan akhirnya Hanif pun mau mendekati Sinta karena Hanif tidak ingin Sinta dekat dengan Gilang, kakak kelas yang sekaligus pelatih silat yang pernah mencederai kaki Hanif hingga patah.

Tak begitu lama kedekatan mereka, Hanif menyatakan cintanya kepada Sinta, Sinta lalu menerima cinta Hanif. Tak berjalan lama kisah cinta manis mereka, ada saja cobaan yang menghadapi kisah cinta dua sijoli itu.
Hanif berbohong kepada Sinta, untuk membantu temannya, Mirza. Perkelahian Hanif, Mirza dan seorang lelaki yang ternyata adalah pacar dari pacar Mirza (Lastri), yang berujung dengan pemanggilan mereka berdua ke hadapan Kiai Ali. Tak di sengaja Kiai tahu bahwa Hanif sudah menpunyai seorang pacar dan ia meminta Hanif untuk memutuskannya, agar ia tak bernasip sama dengan temannya itu. Akhirnya Hanif memutuskan Sinta dengan berbohong bahwa dirinya memilki kekasih lain.
Hari-hari Hanif pun semakin sedih, ketika mendapat kabar bahwa ibunya sudah meninggal. Ayahnya yang sudah meninggal juga, yang akhirnya membuat ia terpaksa harus berhenti sekolah untuk membiayai kehidupan ia dan adiknya (Thohir). Hanif memutuskan untuk mencari kerja di ibu kota, dan ia pun lolos casting sebagai pemeran utama film terbaru Edi Siswanto.
Ditengah kepopulerannya sebagai pemeran film, Hanif bertemu kembali dengan Wanda, gadis yang pernah ia temui di bus ketika pulang kampung waktu sang ibu meninggal. Wanda semakin menyukai Hanif. Tapi sayangnya, kepopuleran dan kehadiran Wanda di kehidupan Hanif membawa pengaruh buruk pada diri Hanif. Hanif berubah menjadi orang yang jauh dari agama. Ia suka mabuk, pribadi egois, dan tak bias mengendalikan emosi.
Waktu pun kembali mempertemukannya dengan Sinta, yang sudah menjadi seorang ustadzah. Perasaan yang dulu pernah ada di antara keduanya kembali bersemi. Mereka sepakat berkunjung ke pesantren tempat mereka menimba ilmu. Tapi suasana pesantren saat itu sedang berduka karena Kiai Ali meninggal. Hanif menerima surat yang dititip dari Kiai Ali sebelum ia meninggal. (hlm.344)
Hanif pun kembali ke kehidupannya yang dulu pernah ia jalani, kembali ke jalan yang lurus dengan meninggalkan semua kesenangan ketika ia populer di dunia hiburan. Ia menikahi Sinta dan menjadi seorang penulis buku dan novel
Di tengah melimpahnya genre novel-novel populer remaja bertema cinta di pasar perbukuan, novel ini dapat dikatakan sebagai sebuah terobosan baru untuk berbagi kisah yang memikat dan inspiratif yang sarat nilai-nilai renungan mendalam, jauh dari dangkal. Tak hanya soal cinta, tapi juga renungan soal relasi etis antarmanusia, serta Bahasa yang digunakan komunikatif dan tidak terdapat istilah-istilah yang membingungkan pembaca, dan ditambah lagi dengan adanya catatan kaki, yang mudahkan pembaca memahami runtutan peristiwa yang dimuat dalam novel ini.

Kendati begitu novel ini banyak membuat pembacanya berimajinasi tentang dunia seks, serta terdapat kosakata yang salah dalam pengetikan novel ini.

Terlepas dari retakan tersebut, Membaca novel ini memberikan kita arti dari “Santri juga manusia” yakni seorang santri pun tak luput dari kesalahan dan kehilafan.  “Nggak juga. Santri kan tidak hanya menjadi ustadz atau guru mengaji  saja. Dia bisa saja menjadi politis, pengusaha, selebriti. Bahkan ada juga yang menjadi perampok atau muncikari. Itu sumua tergantung pada dirinya, idealismenya, dan kualitas imannya. Santri juga manusia, kan ? (hlm.221)
Dari cerita novel diatas dapat disimpulkan apabila terkadang kita lupa diri akan kehidupan duniawi, akan tetapi kita juga bersikap baik kepada semua orang, taat beribadah dan selalu bersabar ketika musibah datang melanda, insya allah hasilnya pun akan lebih baik lagi, bila semua dijalani dengan ikhlas dan lapang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar